29 April 2009

Aku dan duniaku

Surga kecil di pantai Ulhee-lhee. Letaknya di propinsi paling ujung sebelah barat Indonesia, banda aceh-NAD pun di jalan paling ujung dari kota banda aceh itu sendiri. Tanya saja pada semua orang disana, siapapun pasti tau pantai yang tidak begitu indah ini karena pasirnya yang berwarna hitam. Pantai ini menjadi lebih tidak indah lagi sejak tsunami mengubahnya menjadi tempat yang penuh keramaian seperti sekarang ini. Dulu pantai itu milikku, ada keindahan yang tidak di ketahui oleh mereka-mereka si pendatang baru itu, pantai ini adalah surga terbaikku!

Dulu…., Aku sering berjalan sambil bertelanjang kaki kesana dan membiarkan sandal tergantung di tangan sebelah kiriku. Tempatnya tentu saja bukan di pinggir pantai, dimana orang-orang banyak berkumpul dan mandi dengan riang gembira..letak keindahannya bukan disitu!

Aku merasa seperti Colombus ketika untuk pertama kalinya, aku menemukan jalan kecil melewati rumah-rumah penduduk yang akhirnya membawaku pada sebuah dermaga yang terbuat dari kayu, kapal-kapal berwarna-warni yang dilabuhkan, bau ikan yang menyengat, jaring-jaring besar yang di rentangkan, nelayan-nelayan yang berpakaian lusuh, bau amis, galangan kapal yang sudah sangat tua, kapal-kapal yang lalu lalang, mesin-mesin kapal yang berkarat, pasir hitam yang berkilauan terkena matahari, palung laut yang dalam tapi bening dan jernih, udara hangat bercampur bau asin, tawa anak-anak yang melompat dari dermaga beramai-ramai, angin sepoi-sepoi yang membelai rambutku, duduk di dermaga dan membiarkan kaki ku di basuh hangatnya air laut, menulis puisi di geladak kapal, tali tambang yang besar-besar dan tentu saja orang-orang yang ramah dan hangat.
Sekarang..semuanya cuma ada dalam ingatanku, surga kecil yang hilang..


----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Surga kecil di stasiun kereta api jogja. Letaknya di jantung kota jogja, dekat malioboro. Siapapun mungkin tau stasiun ini....tapi tidak semua orang memahami nikmatnya berada di stasiun seorang diri, dengan sebuah tas tangan kecil, untuk mempertegas kesan akan berangkat ke suatu tempat, sebuah tiket masuk tanpa tiket keberangkatan, dan sekaleng orange juice!
Mengambil tempat di sebuah tembok yang sebenarnya bertuliskan “dilarang duduk disini”, aku hanya sadar sebagai si penumpang palsu aku tidak boleh mengambil jatah di deretan bangku yang sudah disediakan, karena itu memang bukan hak ku. Tapi lambat laun tempat “dilarang duduk disni” itu sudah menjadi singgasana bagiku. Dari tempat itulah aku memandang dunia diluar duniaku… ada mereka yang tergesa-gesa, ada mereka yang menangis saat harus berpisah dengan orang tercinta, ada mereka yang berpelukan hangat, ada mereka yang melambaikan tangan dengan berat, ada mereka yang melepas dengan senyuman.. dan ada mereka yang mencari sesuab nasi dengan menjajakan Koran, majalah, air mineral, nasi bungkus, makanan ringan, dll, ada mereka yang duduk bersandar di tiang bangunan stasiun dan menengadahkan tangan pada semua yang lewat, ada mereka yang berwajah gembira dan tertawa-tawa, ada wajah mereka yang memelas, ada wajah mereka yang penuh dengan guratan garis, seolah ingin berkata: “aku telah cukup matang di tempa oleh hidup yang memang keras dan kejam”
Surga kecil yang membuat aku bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini..


---------------------------------------------------------------------------------------------------------


Surga kecil di gunung kidul. Butuh waktu hampir 1,5 jam untuk sampai disana dari pusat kota jogja, dan perjalananya pun tidak mudah karena harus melewati jalan pegunungan yang melingkar-lingkar dan bikin mual!
Tempat ini tidak punya pemandangan yang indah seperti surga kecil ku yang pertama, tempat ini juga bukan sebuah tempat dimana aku bisa belajar banyak hal dari nya seperti surga kecil ku yang kedua.. tapi tempat ini adalah tempat dimana aku selalu bisa pulang dan di terima dengan hangat dalam situasi apapun juga.

Surga kecil itu berada jauh di pedalaman, bahkan untuk mencapai kesana, belum ada jalan yang di aspal, cuma ada pepohonan yang lebat, tanah liat berwarna merah kecoklat-coklatan yang lengket dan basah, udara yang sejuk, sawah-sawah yang hijau, hewan ternak yang terpelihara, dan….tentu saja sebuah rumah tua, yang reot, kecil, tapi berhalaman cukup luas, dinding-dinding yang terbuat dari batu bata yang rapuh, atap yang terbuat dari genteng yang sudah tidak pada tempatnya, sehingga hujan bisa menembus dengan leluasa, lantai yang langsung beralaskan tanah, sehingga di dalam rumah pun masih harus menggunakan alas kaki, dan bagian paling pentingnya adalah bahwa surga kecil ini milik seorang wanita tua yang baik hati dan sendirian..

Pertama sekali menginjakkan kaki disini, aku bepikir, kalau ada suatu waktu dimana aku benar-benar ingin menghilang dan lari sejenak dari rutinitas hidup dan segala persoalannya, lari sejenak dari keinginan-keinginan ‘duniaku’ yang mulai menggila, aku dengan mantap akan memilih tempat ini. Tempat ini bukan hanya mampu mengembalikan ketenangan batin yang aku perlukan tapi juga menyediakan bekal yang cukup untuk kembali menjalani hari-hari selanjutnya…..

Rumah itu dengan segala keterbatasannya, ruangan kecil itu tempat kami selalu melakukan sholat berjama’ah berdua, tanah luas di belakang rumah itu tempat kami menanam kacang panjang dan bunga kol, kandang yang bau itu tempat kami memberi makan sapi yang cuma semata wayang dan kambing yang cuma dua ekor, kakus itu yang letaknya terpisah jauh dari rumah dan di tutup seadanya, sandal jepit itu yang harus kami gunakan kemanapun kami berjalan di setiap bagian rumah, dapur yang gelap itu tempat kami memasak sambil meniup arang agar tetap menyala, suara jangkrik itu yang selalu menemani kami ketika waktu tidur tiba dan yang terkahir…..wanita tua itu dengan segala petuah-petuahnya..

Surga kecil yang membuat aku sadar bahwa hidup:
bukan sekedar tentang kesuksesan apa yang sudah kamu raih,
bukan sekedar tentang posisi apa yang kamu pegang saat ini,
bukan sekedar tentang sebanyak apa materi yang sudah berhasil kamu kumpulkan,
bukan sekedar tentang seberapa sempurnanya fisik yang kamu miliki,
bukan sekedar tentang seberapa sering kamu di elu-elukan oranglain,
bukan sekedar tentang yang baik-baik saja….
tapi lewat surga kecil yang penuh dengan kesederhanaan itu, aku belajar… ‘bahwa’

1 comment: