24 March 2009

Pada Saat Tuhan Menciptakan Para Ibu

Ketika itu Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran diciptakan para ibu. Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut, “Tuhan banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini?” Dan Tuhan menjawab pelan,”Tidakkah kau lihat perincian yang harus kukerjakan?”

Ibu ini harus waterproof (tahan air/cuci) tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capai. Ia harus bisa hidup dengan makanan seadanya. Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan. Memiliki ciuman yang hangat agar dapat menyembuhkan hati yang luka. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah dan enam pasang tangan!! Malaikan itu menggeleng-gelengka n kepalanya, “Enam pasang tangan…? Ck ck ck”. “Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan Saya, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik…”balas Tuhan. Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu.

“Bagaimana modelnya? Malaikat semakin heran. Tuhan mengangguk-angguk. “Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya,”Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?”, padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. “Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan dibelakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat kebelakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat meilhat apa yang sebenarnya tak boleh dilihat dan pasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa berbicara ! Mata itu harus berkata,”Saya mengerti dan saya sayang padamu.”, meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun.

Akhirnya malaikat membalik-balikkan contoh Ibu dengan perlahan. “Terlalu lunak”, katanya memberi komentar. “Tapi kuat!”, kata Tuhan bersemangat. “Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul dan derita.” “Apakah ia dapat berpikir?”, tanya malaikat lagi. “Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi,” kata Sang Pencipta. Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di pipi, “Eh, ada kebocoran disini”. “Itu bukan kebocoran”, kata Tuhan. “Itu adalah air mata…air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata….., airmata…”

“Tuhan memang ahlinya…” Malaikat berkata pelan.

2 comments: